Kesempurnaanya terletak pada kemampuannya
menjalankan fungsi tujuan penciptanya. Hal itu berarti penyakitnya adalah apabila tidak mampu menjalankan peran yang telah diciptakan untuknya atau mampu melakukannya, tetapi dengan banyak kekurangan.
Penyakit tangan, bila tidak dapat memegang. Penyakit lisan,
bila tidak mampu berbicara. Penyakit badan, bila tidak dapat bergerak secara
alami dan lemah. Adapun penyakit hati adalah apabila Tidak mampu memenuhi tujuan
penciptanya. Yaitu untuk mengenal Allah, mencintai-Nya, merindukan pertemuan
dengan-Nya, bertaubat kepada-Nya, dan mampu mengalahkan hawa nafsunya.
- Mendeteksi Penyakit Hati
Terkadang hati diserang penyakit dan sakitnya semakin
bertambah parah, tetapi tidak disadari oleh empunya karena kesibukan dan
keengganannya mengetahui kesehatan hati dan sebab-sebabnya. Bahkan terkadang
hati telah mati dan tidak dirasakan oleh empunya. Tanda-tanda hati yang seperti
itu adalah keburukan yang melukainya tidak membuatnya sakit. Kebodohannya akan
kebenaran dan ideologinya yang batil tidak membuatnya merasa sakit.
Karena sesungguhnya bila di dalam hati terdapat kehidupan,
pasti akan sakit bila keburukan menimpanya. Mengaduh bila kebodohannya akan
kebenaran menjangkitinya, sesuai kadar kehidupannya.
"Si mayit tidak merasakan luka yang menggoresnya"
- Tanda-tanda Penyakit Hati
Yang dimaksud dengan tanda-tanda
penyakit hati adalah, berpaling dari "makanan yang bergizi" kepada
"makanan yang berbahaya". Lebih memilih obat yang berbahaya
daripada obat yang bermanfaat.
Di sini ada empat kata kunci,
makanan yang bergizi (bermanfaat), obat yang menyembuhkan, makanan yang
berbahaya, dan obat yang merusak.
- Tanda-tanda Kesehatan Hati
Hati yang sehat adalah apabila
makanan bergizi mengalahkan makanan yang berbahaya, sedangkan hati yang sakit
adalah kebalikannya. Makanan yang paling bermanfaat bagi hati adalah iman,
sedang obatnya adalah al-Qur'an. Keduanya mengandung gizi dan obat.
Juga termasuk dari tanda-tanda
kesehatannya ialah meninggalkan (kesenangan) dunia hingga berlabuh akhirat dan
bertempat di sana seakan-akan dirinya bagian dari penduduk akhirat. Dijadikan
dunia ini sebagai tempat asing. Ia mengambil kebutuhannya seperlunya saja,
kebudian kembali ketempat tanah airnya. Seperti sabda Rasulullah saw kepada
Abdullah bin Umar, "Hiduplah di dunia seakan engkau orang asing atau
penyeberangan jalan. Dan anggaplah dirimu sebagai penghuni kubur." (HR
Bukhari)
Dan kesimpulannya bahwa hati yang
sehat adalah, yang semua keinginannya hanya untuk Allah swt, semua cintanya
untuk-Nya, tujuannya kepada-Nya, badannya untuk-Nya, semua perbuatannya
untuk-Nya, tidur dan terjaga untuk-Nya. Perbincangan tentang-Nya lebih ia sukai
dari perbincangan tentang selain-Nya. Yang ada dalam pikirannya adalah
bagaimana memperoleh ridha-Nya dan kasih sayang-Nya.
Ia lebih menyukai khulwah
(menyendiri) daripada khulthah (berbaur), kecuali bila khulthah merupakan hal
yang paling Allah cintai dan ridhai (seperti shalat berjamaah), kesenangan dan
kepuasannya hanya kepada-Nya. Setiap kali mendapati dirinya berpaling kepada
selain-Nya, segera ia bacakan,
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah pada tuhanmu dengan hati
puas lagi diridhai-Nya (al-Fajr [89]:
27-28)
Sumber: Buku Tombo Ati
Sumber: Buku Tombo Ati
Posting Komentar